RASHEMAMELSON – Pelangi adalah fenomena alam yang memukau, menampilkan spektrum warna yang lengkap di langit setelah hujan. Fenomena ini merupakan hasil dari proses optis yang kompleks yang melibatkan refraksi, dispersi, dan refleksi cahaya dalam tetesan air. Berikut adalah sinopsis dari proses yang menghasilkan pelangi.

Pendahuluan:
Pelangi sering dianggap sebagai simbol harapan dan keindahan. Mereka terbentuk ketika kondisi atmosfer yang tepat bertemu dengan sifat fisika cahaya. Proses pembentukan pelangi melibatkan tiga fenomena fisika utama: refraksi, dispersi, dan refleksi.

Proses Pembentukan Pelangi:

A. Refraksi:
Proses terbentuknya pelangi dimulai ketika sinar matahari mengenai tetesan hujan di atmosfer. Cahaya, yang merupakan gelombang elektromagnetik, merambat dengan kecepatan yang berbeda melalui media yang berbeda. Ketika cahaya matahari, yang bergerak melalui udara, memasuki tetesan air, ia melambat dan membengkok atau refraksi. Perubahan arah ini tergantung pada panjang gelombang cahaya, yang menentukan warnanya.

B. Dispersi:
Setelah cahaya refraksi, ia mengalami dispersi. Dispersi adalah pemisahan cahaya putih menjadi warna-warnanya yang berbeda karena perbedaan dalam derajat refraksi untuk panjang gelombang yang berbeda. Panjang gelombang yang lebih pendek (seperti biru dan ungu) refraksi lebih banyak daripada panjang gelombang yang lebih panjang (seperti merah dan oranye).

C. Refleksi Internal:
Setelah dispersi, cahaya mengalami refleksi internal. Cairan di dalam tetesan air berfungsi seperti cermin, memantulkan cahaya kembali ke arah datangnya cahaya. Proses ini meningkatkan intensitas dan memungkinkan pembentukan pelangi yang terlihat oleh pengamat.

D. Refraksi Keluar:
Akhirnya, cahaya keluar dari tetesan air, sekali lagi mengalami refraksi. Ketika keluar, cahaya kembali bengkok menuju arah aslinya, memungkinkan pengamat di Bumi untuk melihat warna yang terpisah sebagai lengkungan pelangi.

Kondisi untuk Pembentukan Pelangi:
Untuk pelangi terbentuk, sinar matahari harus bersinar dari rendah di langit (biasanya setelah hujan sore atau pagi) dan pengamat harus berada di antara matahari dan hujan dengan matahari di belakang pengamat. Ini memungkinkan pengamat untuk melihat spektrum warna yang disebabkan oleh tetesan hujan yang diterangi oleh sinar matahari.

Kesimpulan:
Pelangi adalah bukti indah dari bagaimana fenomena alam bisa dijelaskan melalui prinsip-prinsip fisika. Proses pembentukannya—melibatkan refraksi, dispersi, dan refleksi—menghasilkan lengkungan warna yang menakjubkan yang selalu menjadi sumber kegembiraan dan keajaiban. Setiap pelangi adalah unik karena posisi dan ukuran tetesan air yang berbeda, serta sudut pengamatan, yang membuat setiap pengalaman melihat pelangi menjadi pribadi dan tak terlupakan.